PNS dan jiwa entrepreneur




Krisis Sumber Daya Manusia saat ini tidak lepas dari munculnya salah satu image bahwa menjadi seorang karyawan pada suatu instansi pemerintah atau tepatnya menjadi seorang pelayan masyarakat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki masa depan yang lebih cerah dalam hal kepastian penghasilan secara finansial baik itu selama aktif sebagai Pegawai Negeri Sipil sampai berakhir masa kerja (pensiun) dengan tunjangan pensiun yang akan tetap dibayarkan setiap bulannya. Dari segi pendapatan, untuk jenis pekerjaan sebagai PNS meang tergolong salah satu mata pencaharian dengan income yang aman. Keamanan pendapatan secara finansial ini mengakibatkan umumnya seorang PNS enggan bahkan tidak sama sekali mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia yang memiliki hak berusaha untuk dirinya sendiri untuk mencapai kehidupan yang lebih mapan lagi.


Manusia sudah diwajibkan melalui perintah berupa firman Tuhan pada agama apapun untuk saling tolong menolong sesama manusia. Tapi kenyataannya banyak kasus yang sebenarnya sudah merupakan rahasia umum dan hingga saat ini sudah merupakan suatu yang lumrah terjadi pada dunia pemerintahan, PNS untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi umumnya memerlukan promotor yang memiliki jabatan lebih tinggi darinya atau merupakan orang yang sangat berpengaruh di daerah tersebut yang suaranya pasti akan didengar oleh orang nomor 1 (Bupati/ Walikota/ Gubernur) di pemerintahan umumnya terjadi pada tingkat Kabupaten Maupun Propinsi.


Untuk mendapatkan seorang promotor hanya 3 tipe orang yang sampai saat ini masih diterapkan oleh pencari jabatan di dalam pemerintahan yaitu :


1. Orang yang bisa mencarikan uang


2. Orang yang bisa mencarikan perempuan


3. Orang yang pintar/ cerdas
(sumber: Ir.H. Gusti Ruswanto)



point 1 dan 2 sangat banyak bertebaran di pemerintahan sedangkan untuk point ke-3 sangat jarang. Karena biasanya orang yang ke-3 selalu dijadikan ujung tombak disaat "kritis". Padahal sebenarnya orang yang ke-3 berpotensi untuk bisa mengarahkan setiap sektor pada suatu instansi berdasarkan TUPOKSInya kepada perubahan yang positif. Tapi tidak sedikit pula yang mengajak kepada perubahan positif yang menentang arus kebijakan daerah. Perubahan yang menentang arus inilah yang sebenarnya menjadi pokok masalah mengapa biasanya orang dengan typical yang ke 3 jarang dimanfaatkan untuk menduduki suatu jabatan penting di Pemerintahan.

Sebenarnya bila ditinjau lebih dalam, tipe yang ke-3 sangatlah berpotensi untuk menjadi ujung tombak ke arah kemajuan pada suatu instansi dengan catatan orang ini memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi karena dari segi struktur berfikir sudah berbeda dengan orang dengan point 1 dan 2.

entrepreneurship sebenarnya memang sangat penting untuk dimiliki setiap orang tidak hanya untuk seorang abdi negara. jiwa interpreneurship sebenarnya untuk beberapa dekade ke belakang hanya dimilik oleh seorang usahawan/ wiraswasta karena sejak awal mereka lebih menyukai bekerja dengan ketentuan yang diatur oleh diri sendiri baik itu dari segi pola kerja, komitmen terhadap manajemen diri dan memiliki kebebasan dari segi penghasilan. tidak halnya seperti seorang PNS yang dari segi pola kerja sampai kepada besar kecilnya gaji sudah ditentukan oleh negara, tidak hanya itu terakhir yang saya dengar sampai kepada penginapan bila melakukan perjalanan kedinasan saja hanya bupati dan gubernur saja yang boleh menginap di hotel berbintang sedangkan untuk tingkatan di bawah itu kepala dinas, kepala biro sekalipun tidak bisa untuk menginap di hotel berbintang. Tidak saja untuk menginap tapi juga dari segi transportasi yang boleh untuk menikmati kelas executive hanya bupati dan gubernur sedangkan untuk tingkatan di bawahnya pula hanya boleh sampai pada kelas ekonomi.

Ironisnya lagi, seorang pegawai negeri sipil umumnya menerima kenyataan tersebut. pertanyaannya bagaimana dengan seorang PNS yang misalnya digolongkan ke dalam kelas "orang Kaya" yang mendapatkan kekayaannya dari usaha sampingan istri/suaminya, dan menginginkan kelancaran pekerjaan yang ditunjang dari hal itu dan menggunakan fasilitas seperti seorang gubernur atau bupati dengan menumpang pada salah satu jasa transportasi dengan kelas execituve dan menginap di hotel berbintang, padahal dalam perjalanan dinas dituntut untuk membuat pelaporan perjalanan yang setiap ruang dan waktunya dicatat pada laporan dengan melampirkan bukti-bukti otentik seperti nota/ kuitansi sampai boarding pass misalnya?? sulit kan?? bohong lagi deh dengan nyari nota/ kuitansi dam boarding pass aspal..... hehehe ............
Ni masalah gaji lagi yang menjadi permasalahan yang sangat crucial..... di daerah saya ada beberapa tenaga honorer yang hingga saat ini masih mengharapkan keluarnya Surat Keputusan pengangkatan menjadi PNS, tapi sebelum itu sampai saat ini gaji tenaga honorer selalu terlambat. Bagaimana nasib tenaga honorer yang hanya menggantungkan penghasilannya dari Gaji Honorer sebesar Rp. 550.000 untuk tenaga sarjana. Kalau dihitung berdasarkan kebutuhan primer saja mungkin "cukup" terlepas seorang honorer masih lajang tapi lain halnya bila tenaga honorer tersebut sudah berkeluarga kira-kira cukup gak yah?? yang pasti bila dicukup-cukupin ya cukup tapi bagaimana dengan keperluan sekunder yang kebanyakan terkait dengan kualitas kinerja, yang pasti gak bakalan cukup.

Ada lagi sebuah pertanyaan yang sangat mengganggu di benak saya, Siapkah PNs untuk era AFTA? sebagai apa perannya? dan untuk apa dia bekerja sebagai PNS? jawaban yang sangat klise Untuk Bangsa dan Negara, sekarang bagaimana dengan tukang becak? pakah dia tidak bekerja untuk bangsa dan negara juga kalau tidak untuk apa dia mbecak di negara Indonesia?
Era perdagangan bebas memang tidak bisa lagi kita hindari, apalagi belum resmi memasuki era perdagangan bebas (ceritanya hehehe) tapi udah ada aja bule yang kerja di indonesia dengan bayaran yang tinggi mungkin bila dikalkulasi 10 kali pendapatan kita kali ya ..., mungkin latar pendidikannya yang bikin bayarannya tinggi.... mungkin juga.... tapi bagaimana dengan kualitasnya ..... kalo di amati lebih dekat .... sama aja..... tapi ada 1 sisi yang menjadi nilai tambah seorang bule yaitu komitmen terhadap deathline waku pekerjaan, jarang sekali terlambat n bila kita mengubah perjanjian waktu aja misalnya bisa-bisa malah dimarahin ama bule n pekerjaan itu akan dilepas....
itu kalahnya pribumi sama bule, konsekuensi terhadap pekerjaan dan tentunya juga seimbang dengan penghasilannya... gaka kaya kita .... kerja 10 kali dibayar 1 kali hehehehe.... tapi yang kaya gitu ada aja yang mau hehehe gak habis fikir.... pantes aja Negara ini dijajah selama 3,5 abad oleh belanda tuh bukan waktu yang pendek panjang banget hampir 4 generasi kali ya atau lebih 3 tahunan ama jepang n sekarang kayaknya seumuran dijajah lagi sama Amerika ntar siapa lagi ya... yang jajah .... kalo udah begitu udah sepantesnya dari pribumi sendiri ada yang jajah instansinya sendiri apalagi kalo bukan Kor, Kol N Nepo
Tapi kayaknya gak semua pribumi yang kalah sama bule Habibie sekarang malah tinggal di negara orang bule ... dapat royalti yang dibayar oleh bule .... tuh orang pinter kayak habibie aja kabur .... gimana aku ya?? pengen sih kabur juga tapi gimana ya.... gak kayak habibie sih udah punya royalti yang mendunia... coba tanya aja ama habibie apakah dia bukan seorang entrepreneur??
Haha... Habibie di lawan coba nyari yang selevel sebagai pembanding...hehehe iya yah... tapi logikanya gak ada yang bisa dijadikan pembanding kalo selevel.... kalo orang udah berhasil dengan cara tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain dibandingkan dengan orang yang berhasil tapi masih menggantungkan hidupnya dengan orang lain apa masih bisa dikatakan selevel....???? coba deng cari...??
oke sekarang saya akan bercerita tentang seorang Bill Gates yang saat ini menjadi orang terkaya nomor 1 di dunia.... bagaimana masa mudanya.... mungkin kita tidak akan bisa menjadi seorang Bill Gates tapi kita bisa menjadi apa yang telah dicontohkan oleh seorang Bill Gates....., ketika saya baca tentang biografi nya om Bill saya rasakan ada penyesalan kenapa sejak dulu saya hanya mikirin belajar biar pinter n banyak duit tapi gak mikirin bagaimana caranya dapat duit dari hasil belajar menjadi orang yang pinter.... di bangku sekolah sampe lulus S2. Om Bill udah mikirin itu sejak kuliah Strata 1 nya dengan menghimpun teman-temannya sebagai mitra kerja untuk membuat suatu terobosan yang belum difikirkan oleh kebanyakan ilmuwan saat itu dengan membangun sebuah Sistem Operasi komputer dengan basis Graphical User interface (GUI) yang dikenal sebagai Windows saat ini......(ni ngetiknya juga pake windows), sekarang pertanyaannya apakh om Bill seorang genius?? ya seorang yang genius tapi bukan genius pada Sistem Operasi komputer... tapi genius dalam bidang memanage manusia sebuah pekerjaan yang sangat sulit dilakukan hingga saat ini. Bisa menemanage manusia 2 orang aja udah hebat bagaimana dengan lebih dari 10 orang yang notabene memiliki pola fikir masing-masing terhadap sebuah sistem dikepalanya.
sekarang bagaimana dengan kita? apakah selamanya mau dimanage oleh orang yang tidak bisa memanage manusia??? kalau jawabannya "biar aja asal aman" itu bukan sebuah jawaban tapi itu sebuah kekalahan... lihat saja ke belakang saat jaman kemerdekaan yang saat ini bisa kita nikmati apakah itu bukan hasil dari pemberontakan di saat itu? simpelnya "Sebuah bangsa tidak akan bisa merdeka tanpa adanya pemberontakan" (Kwik Kian Gie). Bagaimana kita bisa memperoleh kebebasan finansial bila kita tidak mampu dan mau menjadi pemberontak terhadap sistem yang telah rusak?!!
Kembali kepada om Bill, saat itu seluruh dunia terlena terhadap kemudahan sistem operasi berbasiskan DOS (WS5 s/d 7, Lotus 123, Dbase III plus de el el) yang sebenarnya sangatlah tidak praktis untuk digunakan...... bandingkan saat ini dengan basis Windows tinggal klik udah jalan satu perintah komputer..... om Bill saat itu memiliki jiwa pemberontak terhadap sistem yang statis tanpa ada kemajuan karena pangsa sistem operasi komputer dimonopoly oleh IBM saat itu. bagaimana seorang Bill memperjuangkan itu sampai dicemoohkan oleh teman-temannya, bahkan dianggap orang gila karena berani menjual sebuah sistem operasi kepada orang lain...... tapi yang namanya perjuangan apakah hanya sampai di situ?? mungkin bila seseorang tidak bisa melihat peluang kemungkinan besar akan menyerah dan masuk kelompok aliran pesimistis tapi bila seseorang pandai melihat peluang orang itu pasti akan keluar dari kondisi penuh dengan cemooh dan teror.
sekarang bagaimana hasil dari perjuangan om Bill pembaca juga mungkin saat ini menggunakannya iya kan kecuali situ pake linux.... yang sebenarnya juga terlahir dari jiwa seorang pemberontak yang ingin membuat terobosan baru yaitu Free Operating System yaitu seorang Linuz Trovaldz... yang nggak jauh beda pola fikirnya sama om Bill.
Oke sekarang kita tinggalkan para entrepeneur dunia, kita beralih kepada seorang Pembekal Roso pasti yang pernah terlibat di Gerhan tau orang ini sebagai petani yang dianggap berhasil. Petani jaman orde lama sampai orde baru adalah sebuah profesi yang dianggap oleh kebanyakan orang merupakan pekerjaan yang hanya digeluti oleh orleh orang yang bodoh......!!!! tapi coba saja baca di Kompas atau media bermutu lainnya berapa orang petani yang sudah memiliki omset usaha di bidang pertanian yang bernilai ratusan juta rupiah??? dengan tenaga kerja yang sudah ratusan?? bandingkan dengan seorang PNS saat ini yang hanya mengandalkan gaji perbulan syukur-syukur kalo ada tunjangan jabatan......???? ada berapa PNS yang sudah bisa bangun mesjid dikampungnya?? Pak Roso udah tuh dengan profesinya sebagai Petani, kalo dihitung berapa gaji pembekal???? dari Fee perusahaan misalnya apakah bisa seorang pembekal mengambil bagian yang lebih besar dari pada fee untuk pembangunan desa???? PNS saat ini banyak yang berlatar belakang pendidikan tinggi ada yang udah Master bahkan udah doktor juga ada, berapa gaji yang diperoleh seorang master/doktor bila berprofesi sebagai PNS?? baik sekarang saya akan memberikan sebuah contoh ngitung-ngitung penghasilan sama budget saya sendiri sebagai salah satu tenaga honorer......
Gaji perbulan honorer 550rb, di rumha saya berlangganan akses internet Speedy dengan budget /bulannya 200rb, listrik mungkin rata-rata 100rb, untung aja air gak langganan sama PDAM pake sumur pompa sendiri sisa berapa tuh??? 150rb kan, kita hitung saja makan untuk saya isteri dan anak 10rb misalkan 1 hari dikalikan 30 hari 300rb kan berarti minus 150rb???? apa ngutang terus hahahaha..... setiap bulan ngutang 150 rb 1 tahun udah 1.800.000 dan tak akan terbayarkan bila hanya mengandalkan itu... belum sandang dan papan, belum kebutuhan anak, belum kebutuhan isteri, belum kebutuhan biaya yang tak terduga sakit misalnya....... dan mungkin bakalan gak kepikirkan untuk saving......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan ya Puasa ya nahan lapar ya gak usah puasa aja deh

My Forest ...... My Breath.......(V1)